Kitab Al-Hikam Ibnu Athoillah ayat 11-12 beserta penjelasannya


Hikmah 11

“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yang tumbuh tetapi tidak ditanam, maka tidak sempurna hasil buahnya.”

Ustadz Salim Bahreisy ra. mensyarah:
Tiada sesuatu yang lebih berbahaya bagi seseorang yang sedang beramal, daripada menginginkan kedudukan dan kemashuran di tengah-tengah masyarakat. Hal ini termasuk dari tipu daya hawanafsu.


Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa berendah-hati maka Allah akan memuliakannya, dan barangsiapa sombong, Allah akan menghinakannya.”

Ibrahim bin Adham ra berkata:
“Tidak benar-benar menuju ke Allah siapa yang beramal untuk kemashuran dirinya.”

Ayyub As-Sakhtiyani ra berkata:
“Demi Allah, tiada seorang hamba yang bersungguh-sungguh ikhlas pada Allah,  melainkan ia merasa senang jika tidak mengetahui kedudukannya.”

Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal ra, Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya riya’ meski sedikit, termasuk syirik. Dan siapa yang memusuhi seorang waliyullah, berarti telah berperang terhadap Allah. Dan Allah menyayangi hamba-Nya yang bertakwa namun tidak terkenal, yang bila tidak ada tidak dicari, bila ada tidak dipanggil serta tidak dikenal. Hati mereka laksana pelita hidayah(petunjuk), mereka terhindar dari segala kegelapan kesukaran.

Abu Hurairah ra berkata, Ketika kami di majelis Rasulullah saw tiba-tiba beliau saw bersabda:

“Besuk pagi akan ada seorang ahli sorga yang shalat bersama kalian. Abu Hurairah berkata, Aku berharap semoga akulah orang yang ditunjuk oleh Rasulullah itu. Maka pagi-pagi aku shalat di belakang Rasulullah saw dan tetap tinggal di majelis setelah orang-orang pulang. Tiba-tiba ada seorang hamba hitam berkain compang-camping datang dan berjabat tangan pada Rasulullah saw sambil berkata: Ya Nabiyallah, doakan semoga aku mati syahid. Maka Rasulullah saw berdoa, sementara kami mencium wangi kesturi dari tubuhnya. Kemudian (setelah orang itu pergi) aku (Abu Hurairah ra) bertanya: Apakah orang itu Ya Rasulullah? Jawab Nabi: Ya benar. Ia seorang hamba dari bani fulan. Abu Hurairah bertanya lagi: Mengapa tidak kau beli dan kemudian kau merdekakan ya Nabiyallah? Bagaimana aku akan dapat berbuat demikian, bila Allah hendak menjadikan dia seorang raja di sorga. Hai Abu Hurairah, sesungguhnya di sorga itu ada raja dan orang-orang terkemuka. Dan hamba sahaya ini salah seorang raja dan terkemuka. Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah mengasihi kepada makhluk-Nya yang suci hati, yang menyembunyikan diri dari masyarakatnya, yang bersih, yang rambutnya terurai (tidak tersisir rapi), yang perutnya kempis kecuali dari hasil yang halal, yang bila akan masuk istana raja niscaya tidak diperkenankan (karena tampilan lahiriahnya), bila meminang wanita bangsawan tidak diterima, bila tidak ada tidak dicari, bila hadir tidak dihiraukan, bila sakit tidak dijenguk, bahkan bila meninggal jenazahnya tidak dihadiri.”

Ketika sahabat bertanya:  Tunjukkan kepada kami seorang dari mereka ya Nabiyallah..

Nabi menjawab: “Uwais Al-Qarny ra, seorang berkulit coklat, lebar kedua bahunya, sedang tingginya, selalu menundukkan kepalanya sambil membaca al-Quran, di bumi tidak dikenal, tetapi terkenal di langit. Andaikan dia bersungguh-sungguh minta sesuatu kepada Allah, pasti Diaberi. Di bahu kirinya ada bekas belang sedikit. Hai Umar dan Ali, jika kamu kelak bertemu dengannya, maka mintalah dia membacakan istighfar untuk kalian.”

Sedangkan Syarah Syeikh Fadhlala Haeri dalam terjemahnya:
Kalau perbuatan-perbuatan kita tidak didasarkan pada pengabdian yang rendah hati (tawadhu’) kepada Allah, maka perbuatan-perbuatan tersebut tidak akan menunjukkan hasilnya dan tidak terbebas dari kepalsuan serta kemusyrikan (menyekutkan Allah) secara halus.
Bila kita menginginkan reputasi atau penghargaan, maka buah dari perbuatan kita yang seperti itu akan asam dan busuk, karena sifat dunia yang selalu berubah.
Pencari spiritual yang sukses tidak mempedulikan apa yang muncul sebagai hasil akhir perbuatan, karena ia merasakan rahmat-Nya sejak awal penyerahan-dirnya kepada Allah SWT.

______________________________________________________________________

Nah, Sahabat,

Di tengah-tengah masyarakat yang berpandangan bahwa ketermashuran di masyarakat adalah sebuah cita-cita yang membahagiakan secara duniawi, tentu mengerti dan mengamalkan ajaran para Kekasih Allah di atas menjadi sesuatu yang tidak mudah. Untuk itu kita sebaiknya bersahabat dengan mereka yang sama mempunyai tekad yang kuat untuk meneladani para kekasih Allah, agar kita bisa saling menolong dalam perjuangan menggapai ridho Allah dalam hal ini.

Laa haula wa laa quwwata illa billahi Al-Aliy Al-Adhim

Wallahu a’lam bishshawwab.

Hikmah 12

“Tiada sesuatu yang sangat berguna bagi qalbu (hati), sebagaimana uzlah (menyendiri dari keramaian dengan niat tafakur billah) untuk masuk ke medan tafakkur.”

Ustadz Salim Bahreisy ra mensyarah:
Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan kawan yang tidak baik bagaikan tukang besi yang sedang membakar besi, jika engkau tidak terbakar oleh percikan apinya, maka akan terkena sengatan bau tidak sedapnya.”

Allah mewahyukan kepada Nabi Musa as :”Wahai putra Imran, waspadalah selalu dan pilihlah untuk dirimu sahabat, dan setiap sahabat yang tidak membantumu untuk berbuat taat kepada-Ku, maka ia adalah musuhmu.”

Demikian pula wahyu Allah kepada Nabi Daud as :”Hai Daud, mengapakah engkau menyendiri? Daud menjawab,’Aku menjauhkan diri dari makhluk untuk mendekat kepada-Mu.’ Maka Allah pun berfirman: ‘Hai Daud, waspadalah selalu, dan pilihlah sahabat untukmu, dan setiap yang tidak membantumu berbakti kepada-Ku, maka itu adalah musuhmu, karena dia akan menyebabkan keras hatimu, serta jauh dari-Ku.”

Nabi Isa as bersabda:”Jangan berkawan dengan orang-orang yang ‘mati’, niscaya mati hatimu. Ketika beliau ditanya:’Siapakah mereka yang ‘mati’ itu? Beliau menjawab: ‘Mereka yang rakus kepada dunia.”

Rasulullah saw bersabda: “Yang sangat aku khawatirkan terhadap umatku adalah (mereka) lemah dalam iman keyakinan.”

Nabi Isa as bersabda:”Berbahagialah orang yang perkataannya dzikir, dan diamnya tafakur serta pandangannya perhatian. Sesungguhnya orang yang sempurna akalnya ialah yang selalu muhasabah demi hari kemudian sesudah mati.”

Sahl bin Abdullah At-Tustary ra berkata: Kebaikan itu terhimpun dalam 4 perkara, dan dengan itu tercapai maqam wali (disamping memenuhi kewajiban syariat), yaitu:

1. Lapar

2. Diam

3. Uzlah

4. Bangun/terjaga di Malam Hari (untuk shalat, munazat, dan ibadah kepada Allah).

Sedangkan Syarah Syeikh Fadhlala Haeri dalam terjemahnya:
Untuk kesehatan spiritual, kita harus berpaling dari keinginan-keinginan dan ambisi-ambisi, kebingungan-kebingungan, dan syirik. Hati memerlukan pengalaman uzlah(menyendiri), kemudian diisi kembali melalui tafakur dan peningkatan kesadaran kepada Tuhan. Kita harus menyeimbangkan pengalaman lahir dengan keadaan dan cahaya batin, sehingga pada waktunya nanti kita melihat seluruh perwujudan dan pengalaman yang berasal dari Zat Rabb Yang Maha Esa.
_____________________________________________________________________

Sahabat,

Ibnu Arabi ra. dalam salah satu wasiatnya ketika menjelaskan pilar-pilar ma’rifat menjelaskan bahwa Uzlah yang benar bisa menghasilkan ma’rifat tentang dunia. Sedang pilar yang lainnya adalah diam, lapar dan terjaga di malam hari.

Marilah kita semua berusaha keras untuk mampu mengamalkan uzlah ini agar qalbu kita berisi hanya Allah saja, dengan keyakinan bahwa setelah qalbu hanya terisi Allah saja, maka kemudian Allah menuntun dengan optimal perbuatankita dalam menebarkan rahmat-Nya kepada semesta alam seisinya, Insya Allah.

Laa haula wa laa quwwata illa billahi Al-’Aliy Al-’Adhim.

0 Comments