Kitab Al-Hikam Ibnu Athoillah ayat 5-6 beserta penjelasannya


Hikmah no 5

“Kesungguh-sungguhanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijaminkan bagimu serta keteledoranmu terhadap kewajiban-kewajiban yang telah diamanahkan kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu.”


Tambahan keterangan Ustadz Salim Bahreisy (penerjemah) di halaman 15-16:
Firman Allah di QS.Al-Ankabut[29]:60: “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
(QS. ThaaHaa[20]:132)

Kerjakan apa yang menjadi kewajiban kita terhadap Kami (Allah), dan Kami melengkapi bagi kita bagian Kami. Di sini ada 2 hal, satu, yang dijamin Allah, maka hendaknya kita jangan menuduh (su’udhon) terhadap Allah. Kedua, yang dituntut Allah maka jangan kita abaikan.

Dalam sebuah hadits yang kurang lebih artinya demikian:

“Mengapakah orang-orang yang mengagungkan orang yang kaya, pemboros dan menghina ahli-ahli ibadah, serta yang selalu mengikuti tuntunan Al-Quran hanya yang sesuai dengan hawanafsu mereka sedangkan ayat-ayat yang tidak sesuai dengan hawanafsunya mereka tinggalkan, padahal yang demikian itu berarti mempercayai sebagian Kitab Allah, dan mengabaikan (kufur) terhadap sebagian isi Kitab-Nya. Mereka berusaha untuk mencapai apa-apa yang dapat dicapai tanpa usaha, yaitu bagian yang pasti tiba dan ajal yang sudah ditentukan, dan rezeki yang menjadi bagiannya, tetapi tidak berusaha untuk mencapai apa yang tidak dicapai kecuali dengan usahanya, yaitu pahala-pahala yang besar dan amal-amal ibadah dan ‘dagangan’ yang tidak akan rusak.”

Ibrahim Al-Khawwash berkata: “Jangan memaksakan diri untuk mencapai apa yang telah dijamin (dicukupi), dan jangan menyia-nyiakan (mengabaikan) apa yang diamanahkan kepadamu.”

Oleh sebab itu, maka siapa yang berusaha untuk mencapai yang sudah dijamin, dan mengabaikan apa yang ditugaskan kepadanya, maka berarti buta mata hatinya, karena sangat bodohnya.

______________________________________________________________________

Sahabats,

Kewajiban yang hendaknya kita ikhtiarkan dengan perjuangan sekuat tenaga adalah secara singkat mencari keridhoan Allah SWT dalam berbagai kondisi kita. Dan jika dirinci lebih lanjut a.l.:

- Dzikrullah baik dalam duduk, berdiri, berbaring, dsb (QS. 3:191)

- Khusyu’ dalam shalat (QS. 2:45-46)

- Shaum lahir maupun batin (QS. 2:183)

- Menyempurnakan keberserah-dirian kepada Allah SWT (QS. 2:208)

- Takwa dengan sebenar-benarnya takwa (haqqatu qattihi; QS. 3:102)

- Menerima dengan ridho dan menjaga rezeki harta yang Allah anugrahkan

- Dsb.

Sesungguhnya rezeki harta yang sudah, sedang maupun akan kita terima, telah Allah tetapkan (qodho) di Lauh Al-Mahfudz. Tentu saja, keyakinan kita terhadap hal tersebut serta penyikapan kita sesuai dengan tingkat keimanan dan ketakwaan kita masing-masing. Itulah yang dimaksudkan oleh Syaikh Ibnu Aththoillah ra. sebagai apa-apa yang telah dijaminkan bagimu.

Sedangkan istiqamah dzikrullah, shalat yang khusyu’, keberserah-dirian yang total kepada Allah, menerima apa-apa yang Allah anugrahkan kepada kita tidaklah Allah berikan jika kita tidak berjuang dengan keras, itulah yang dimaksud oleh beliau sebagai kewajiban-kewajiban yang telah diamanahkan kepadamu.

Demikianlah, jika kita mengabaikan yang menjadi kewajiban karena energi dan kesempatan kita sudah habis dipergunakan mencari apa-apa yang sudah dijamin oleh Allah SWT, maka kita disebut buta mata hati.

Sahabats,

Marilah kita merenungi hikmah di atas dengan qalbu yang semoga Allah bebaskan dari penguasaan hawanafsu, serta akal nalar yang mengikuti hukum-hukumnya dengan optimal.

Laa haula wa laa quwwata illa billahil Aliyyul Adhim.

Wa Allahu A’lam bishawwab.


Hikmah no 6

“Janganlah kelambatan masa pemberian Allah kepadamu, padahal engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, menyebabkanmu patah harapan. Sebab Allah telah menjamin menerima semua doa, dalam apa yang Dia kehendaki bagimu, dan pada waktu yang ditentukan-Nya, bukan pada waktu yang engkau tentukan.”



Ustadz Salim Bahreisy menambahkan dalam buku terjemahnya halaman 17-19 sbb:

Firman Allah,”Tuhanmu yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tiada hak bagi mereka memilih.”

Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui secara paripurna apa yang akan terjadi, mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas-lalu baik, padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya. Karena itu bila Rabb yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana memilihkan baginya sesuatu, hendaknya dia ridho dan menerima pilihan Rabb Yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim serta Maha Mengetahui, Maha Bijaksana sekaligus, meskipun pada lahirnya pilihan itu pahit dan pedih rasanya, namun itulah pilihan terbaik untuknya. Oleh sebab itu, bila kita berdoa kemudian belum tercapai juga keinginan kita, hendaknya janganlah kita terburu-buru putus harapan.

Allah berfirman:

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]:216)

Abu Hasan Asy-Syadzili ra. ketika mengartikan QS. Yunus[10]:9, berkata, “Maka terlaksananya kebinasaan Firaun yang berarti setelah 40 tahun doa Musa as.”

Syeikh Fadhalla Haeri, ulama yang juga menerjemahkan dan mensyarah (mengomentari Al-Hikam) dalam komentarnya menambahkan:

Allah menjawab doa hamba-hamba-Nya yang penuh kerinduan dan permohonan yang keluar dari hati yang ikhlas memohon pertolongan Allah, yang didorong oleh perintah-Nya untuk kembali kepada-Nya. Jadi waktu dan cara Allah menjawab doa para hamba-Nya tergantung pada Kekuasaan-Nya. Yang menjadi hendaknya kita lakukan sebagai makhluk/ciptaan adalah berdoa, bergantung, dan percaya kepada cara-cara yang sempurna dari Sang Pencipta dan Pengatur yang juga Al-’Alim, karena Dia selalu mengetahui keaadaan kita yang sebenarnya, juga pertolongan serta perbekalan yang paling tepat yang kita butuhkan untuk perjalanan menuju Dia.

——————————————————————————————————————-

Demikianlah sahabats, setiap doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT, sebenarnya pasti Dia kabulkan dalam waktu yang terbaik menurut Dia, serta dengan cara dan bentuk yang terbaik di mata-Nya. Oleh karena itu hendaknya kita terburu-buru patah harapan, sebab bersabar dalam hal itu, pasti akan mendatangkan kebaikan yang lebih utama.

Semoga Allah memberikan kesabaran kepada kita. Amiin.

Wallahu A’lam bi shawwab.

0 Comments